Dimulai pada hari kamis 29 Maret dan jumat 30 maret 2012, kebetulan sedang diajak oleh bapak untuk ikut bersama beliau ke beberapa desa yang ada di 4 kecamatan di kabupaten Wonogiri dan 3 kecamatan di kabupaten Karanganyar, Jawa tengah, dalam rangka pertemuan dengan kelompok tani untuk sosialisasi "ilmu baru" tentang pembuatan pupuk organik dan pakan ternak yang efeketif dan efisien tanpa harus "ngarit". Tidak akan saya jelaskan tentang bagaimana pembuatan pupuk dan pakan tersebut, namun ada hal lain yang ingin saya sampaikan.
dari sekian tempat yang saya datangi rata-rata berada di desa yang masih banyak sawah dan gunung2 yng hijau. pemandangan yang cukup membuat segar di mata. karena mata ini lebih sering melihat atap rumah dan kendaraan yang ada di jalan. jadi ya,, lumayan lah sebagai liburan. tidak mudah memang berkeliling seperti ini, lelah dan letih jelas, kelaparan pun saya rasakan, hehehe,, karena panas yang lumayan menyengat, jadi penyakit saya kambuh, meleleh jika kepanasan, hehe :p
kembali ke bahasan awal masalah petani, di Indonesia jelas jumlah petani banyak. mayoritas malah, namun petani ini belum berada pada tingkatan atas dalam perekonomian, meskipun mereka sebagai produsen, namun penghasilan mereka masih minim. harga jual yang rendah, munculnya impor hasil pertanian, mahalnya pupuk, lahan tandus, dsb dsb membuat petani berada pada kelas yang sekarang. dituntut menjadi seperti Jepang, atau negara mana itu yang petaninya maju dengan teknologi tinggi dan hasil yang tinggi menjadi bebaqn tersendiri bagi petani. Jelas berat, bagaimana bisa petani membeli peralatan yang canggih2 itu dengan penghasilan yang seperti ini. terkadang memang lucu negeri ini, nyuruh orang tapi ga liat kemampuan orangnya, meskipun mungkin saja bisa, tapi jelas memberatkan.
dari sini lah muncul kerisauan, bukan hanya petani, kondisi segala bidang di negeri ini memang menyudutkan rakyat. banyak rakyat yang ingin maju, tapi kurang sumber daya pendukung. kemana mereka akan meminta?? oleh sebab itu wajar jika ada pejabat negeri ataupun apalah itu petinggi pemerintahan, baik daerah maupun pusat, yang ketika mereka ini (pejabat dkk) datang mengunjungi rakyatnyam seperti petani, dll mereka meminta ini-itu, kurang ini-itu yang akan digunakan untuk ini-itu, walau sebenarnya mereka masih belum terlalu butuh atau teranacam kehidupannya jika mereka tidak memiliki barang yang diminta itu.
Wajar mereka meminta, karena mereka minta hak dari uang negara ini, uang negara yang berasal dari uang merke juga. Pejabat tidak boleh protes dan tutup telinga atas permintaan ini, pejabat harus ingat, darimana dia mendapat mobil dinas yang bagus, bisa melawat ke daerah di Indonesia bahkan luar negri, menginap di hotel mewah, makan enak, tanpa mengeluarkan uang pribadi, karena semua perjalanan dinas dibiayai oleh negara??? itu semua uang rakyat!!! uang yang terkumpul dari mbah2 tua dipasar yang membayar retribusi saat dia menjual hasil kebunnya di pasar, pajak atas penggunaan air, listrik, dsb dsb,,, yang terkumpul di pusat yang didistribusikan kepada rakyat, termasukpejabat dll, walau porsinya beda. Ingat darimana kenikmatan yang kamu dapatkan, lalu berbuat kebaikan untuk mereka yang bermanfaat sebagai rasa terima kasih. jangan hanya baik jika butuh mereka ketika butuh dukungan suara untuk pencalonan. Berat memang tapi itulah perjuangan. Tidak perlu mengumbar janji ini itu, tapi cukup dibuktikan dengan kinerja. yang penting adalah proses yang baik. dari sini jelas akan ada hasil yang baik juga.
Jangan mencibir rakyat meminta bagian dari hak nya seperti pengemis karena yang dilakukan seorang yang mendekati rakyat untuk meminta dukungan atau suara, juga sama halnya dengan pengemis. walau beda makna.
Jadi intinya, wahai wakil rakyat yang hidupnya lebih enak daripada rakyatnya, ingatlah apa kewajiban utama yang harus dilakukan untuk rakyatmu, rakyat yang selalu tidak akan lupa atas kebaikan yang mereka terima dan mereka juga tidak akan lupa keburukan apa yang telah mereka terima. so, jagalah sikapmu, atau akan kau terima akibatnya! -end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar